Monday, February 17, 2014

Sejarah Masuknya Belanda Ke Tanah Toraja..catatan : Eddy Papayungan

 PONG MARAMBA
Terbentuknya Rante Karassik tdk terpisahkan dgn sejarah Siambe' Pongmaramba. Beliau adalah salah satu pemimpin/bangsawan dari Kesu' dan Tikala yg sangat berpengaruh di Toraja pada sekitar tahun 1880 - 1916. Kehadiran tentara Belanda di beberapa wilayah di sulawesi selatan, seperti Bone dan Luwu telah diketahui beliau. Untuk menyusun strategi menghadapi tentara Belanda, Siambe' Pongmaramba mengutus anak menantunya, Siambe' Tangdirerung ke Bone, Sidenreng dan Mandar untuk mengamati langsung pergerakan tentara Belanda serta juga bertemu dgn para penguasa di daerah tersebut guna membicarakan cara terbaik menghadapi tentara Belanda. Hasil pembicaraan dgn Raja-raja Bugis, khususnya Bone dan Mandar, disimpulkan bhw Belanda memiliki persenjataan yg tdk mungkin dilawan secara frontal. Kemudian pada September 1905 diadakan pertemuan di Buntu Pune, salah satu kediaman Siambe' Pongmaramba membicarakan sikap orang Toraja menghadapi tentara Belanda. Pertemuan Buntu Pune dihadiri pemimpin-pemimpin terkemuka dari berbagai daerah di Toraja, seperti Puang Tarongko, Bombing, Matandung, Pongtiku, Pongsimpin, dll. Hasilnya menetapkan bhw "perang saudara", yaitu perang antar daerah di Toraja dihentikan dan kekuatan diarahkan untuk melawan Belanda.

Pada bulan Maret 1906 tentara Belanda (MARSOSE) sdh memasuki Toraja dari Luwu melalui Balusu. Beberapa penguasa daerah yg dilalui tentara belanda mencoba melakukan perlawanan tetapi tdk mampu membendung keunggulan persenjataan belanda, dan dalam wkt singkat sdh berada di wilayah Rantepao, daerah kekuasaan Siambe' Pongmaramba. Menyadari kekurangan persenjataan yg dimiliki, akhirnya Siambe' Pongmaramba menyimpulkan bhw cara terbaik melawan Belanda adalah kooperatif sambil melemahkan kekuatan Belanda dari dalam. Strategi tersebutlah yg kemudian memungkinkan Siambe' Pongmaramba bersama beberapa pemimpin Toraja ditunjuk sebagai Kepala Distrik (Parengnge') Kesu" merangkap Parenge' Tikala pada tahun 1907.

Saat tentara Belanda memasuki Rantepao, Siambe' Pongmaramba masih berkabung, karena baru selesai melaksanakan upara adat pemakaman ayahhandanya (Sia Nek Lai' Pali') di Rante Menduruk (kini menjadi Markas Kodim 1414 Tator). Ketika tentara Belanda meminta pemondokan/lantang bekas upacara pemakaman, beliau terpaksa mengizinkan dgn perjanjin Belanda harus memindahkan semua Simbuang (Batu Menhir) ke lokasi yg dipilih siambe' pongmaramba. Lokasi upacara pemakaman keluarga Siambe' Pongmaramba akhirnya dipindahkan ke Karassik, yg kini dikenal sebagai "RANTE KARASSIK". Dari sekian banyak batu simbuang yg ada di rante menduruk, hanya 8 buah yg dpt dipindahkan Belanda dgn mengerahkan beratus-ratus orang dlm wkt berbulan-bulan. Sisa simbuang yg tdk sanggup dipindahkan tetap ada dan telah tertimbun di Rante menduruk, lokasi KODIM 1414 Toraja

No comments:

Post a Comment