Monday, February 17, 2014

BRIGJEN TNI (PURN) FRANS KARANGAN ( CIKAL-BAKAL BATALION INFANTERI LINTAS UDARA (YONIF) 700/BS )


Figur ini adalah pejuang Toraja pada zaman pergolakan gerombolan. Zaman gerombolan adalah zaman pemberontakan setelah kemerdekaan yang terjadi di Sulawesi Selatan.
Pemberontakan yang terbesar adalah diproklamirkannya Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) oleh Letnan Kolonel Kahar Muzakkar sbg pembangkangan kepada Pemerintah atas tdk di akomodirnya seluruh prajurit Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) yg dipimpinnya menjadi Brigade Hasanuddin, yg kemudian menjadi cikal bakal Kodam XIV Hasanuddin.
Hanya sekitar 30 % pasukan KGSS pimpinan Kahar Musakkar yg memenuhi syarat kemiliteran tertampung di Brigade Hasanuddin, antara lain Kapten Andi Selle dan Kapten Andi Sose. Kapten Andi Sose kemudian menjadi Komandan Batalion Infanteri 720 Wolter Monginsidi bermarkas di Makale, Tana Toraja. Batalion Infanteri 720 membawahi 4 Kompi, slh satunya adalah Kompi Raider yg dipimpin Letnan Satu Frans Karangan.
Krn prestasi satuan kompi raiders pimpinan Frans Karangan, maka kemudian ditingkatkan menjadi Batalion Raider 758 pd thn 1958 (yg legendaris di kalangan masyarakat toraja dgn sebutas “batalion Frans) dgn Komandan Batalio Kapten Frans Karangan.
Karena kedekatan Kahar Musakkar dgn Andi Sose, terjadilah peristiwa yg sampai kini melukai hati masyarakat toraja yaitu peristiwa pembakaran dan penganiayaan yg dilakukan oleh Batalion Andi Sose, yg didomplengi gerombolan Kahar Musakkar terhadap banyak rumah dan tongkonan serta masyarakat toraja, yg kemudian dikenal dgn “Peristiwa 58”.
Kapten Frans Karangan tdk menerima kenyataan itu dan segera mengerahkan battalion 758, dibantu tokoh2 pejuang setempat memerangi dan menumpas gerombolan Kahar Musakkar dan pasukan Andi Sose.
Atas jasa- jasanya itu, Frans Karangan bisa disejajarkan dengan pendahulunya yaitu To Pada Tindo, yang juga berhasil mengusir tentara Bone dari bumi Lakipadada.
CIKAL-BAKAL BATALION INFANTERI LINTAS UDARA (YONIF) 700/BS
Usai menumpas gerombolan Kahar Musakkar, Batalion 758 pimpinan Frans Karangan dijadikan Battalion Raider Indonesia Timur dgn sebutan Batalion 700/RIT pada tahun 1963. Pada tahun 28 Maret 1967 Batalion 700/RIT berdasarkan SK Panglima ABRI ditetapkan menjadi Batalion Infanteri Lintas Udara 700 BS hinga sekarang  ( Catatan Orva Frans Karangan )

1 comment:

  1. Info bagus hanya kurang lengkap. Tentang kejadian tsb, yakni penyerangan pasukan Andi Sore kepada masyakat Toraja yang oleh masyarakat Toraja dikenal sebagai peristiwa Andi Sore sebenarnya terjadi 2 kali masing- masing 1953 dan 1958. Pada 1953 pasukan Andi Sose dipukul mundur, banyak pasukannya yang korban.Saat itu pasukan Frans Karangan masih satu kompi di bawah Batalyon 720 dengan komandan Kapten Andi Sose. Atas banyak perlakuan pasukan Andi Sose yang dianggap melecehkan, menghina, merugikan orang Toraja, kompi Frans Karangan lalu keluar dan menyerang pasukan Andi Sose lainnya yakni kompi yang anggotanya orang dari daerah Enrekang dan Bugis.
    Sesudah itu Kompi Frans sudah memisahkan diri lalu berkembang menjadi Batalyon tersendiri yang kemudian mendapat tugas ke Sulawesi Tengah dan Utara ikut memberantas pemberontakan Permesta.
    1958 Andi Sose mengerahkan pasukannya dalam jumlah yang lebih besar menyerang Toraja untuk membalas kekalahannya 1953. Saat itulah OPD2 setempat bangkit melakukan perlawanan. Frans Karangan yang sedang bertugas di Sulawesi Tengah lalu mengirimkan sebagian pasukannya di pimpin Pappang untuk mengkordinir perlawanan. Dan pasukan Andi Sose babak belur, korban luar biasa. Di beberapa lokasi terjadi kontak langsung dan pasukan Andi Sose mengalami perlawanan yang sengit sehingga banyak yang korban. Tetapi korban terbesar terjadi dalam pertempuran di daerah Rantelemo.

    Karena itu bagi masyarakat Toraja dua nama dikenang sebagai musuh yang menyakitkan yakni Kahar Muzakkar dan Andi Sose.
    Mohon koreksi kalau ada kekeliruan dan tambahan agar peristiwa penting ini lebih lengkap.

    ReplyDelete